PT Banindo Jaya Mas - Inventory Turnover adalah: Definisi, Rumus, dan Manfaat
Pada postingan kali ini, saya akan membahas seputar inventory turnover. Definisinya, cara menghitungnya, kenapa anda perlu tahu tentang hal itu, sampai bagaimana itu akan membantu anda dalam bisnis an
Table of Contents
- Apa itu inventory turnover?
- Rumus dan perhitungan
- Apa informasi yang bisa anda dapatkan dari inventory turnover?
- Inventory turnover dan dead stock
- Inventory turnover dan sistem open-to-buy
- Contoh cara menggunakan inventory turnover
- Inventory turnover vs days sales of inventory
- Hal yang harus anda ingat
- Pertanyaan yang sering diajukan
- Bagaimana menghitung inventory turnover?
- Seperti apa inventory turnover yang baik itu?
- Apakah inventory turnover yang tinggi baik itu baik?
Apa itu inventory turnover?
Inventory turnover, atau perputaran inventory, adalah rasio keuangan yang menunjukkan berapa kali perusahaan anda menjual dan mengganti inventory dalam satu periode tertentu.
Anda kemudian bisa membagi hari dalam periode tersebut dengan rumus untuk menghitung berapa hari yang anda perlukan untuk menjual inventory yang anda punya. Menghitung inventory turnover bisa membantu bisnis anda.
Anda jadi bisa membuat keputusan yang lebih baik tentang harga, manufaktur, marketing, dan pembelian inventory baru.
Poin penting yang harus anda ingat adalah:
- Inventory turnover adalah tentang mengukur berapa kali anda bisa mengganti persediaan barang yang sudah anda jual dalam satu periode tertentu.
- Perputaran yang lambat mengindikasikan sales yang lemah dan kemungkinan adanya inventory berlebih. Sedangkan rasio yang lebih tinggi bisa menjadi indikasi kuatnya penjualan anda atau bisa jadi juga menjadi tanda inventory anda yang ngga mencukupi.
- Industri yang punya volume tinggi dan margin rendah, seperti retailer (pengecer) dan supermarket misalnya, cenderung punya inventory turnover yang lebih tinggi.
Rumus dan perhitungan
Sekarang, ayo kita lihat rumusnya.
Inventory turnover = COGS / nilai inventory rata-rata
Di mana:
COGS = Cost of Goods Sold
Dan:
Nilai Inventory rata-rata = (Inventory awal + Inventory akhir) / 2
Anda juga bisa menghitung inventory turnover dengan cara berikut:
- Hitung inventory rata-rata dengan cara membagi jumlah inventory awal dan inventory akhir dengan dua.
- Membagi sales dengan nilai inventory rata-rata.
Jadi, ada dua metode utama yang bisa Anda gunakan.
Satu dengan menggunakan harga pokok penjualan atau Cost of Goods Sold (COGS), dan satu lagi dengan menggunakan angka sales.
Analis biasanya membagi COGS dengan inventory rata-rata, bukan sales.
Kenapa?
Penggunaan COGS akan menghasilkan akurasi yang lebih baik dalam penghitungan inventory turnover karena angka sales sudah menyertakan markup atas biaya.
Membagi sales dengan inventory rata-rata akan menghasilkan angka perputaran barang yang lebih tinggi. Kita akan lihat perbedaan ini pada contoh di bagian berikutnya.
Pertanyaan selanjutnya, kenapa harus harus menggunakan nilai inventory rata-rata?
Nilai inventory rata-rata digunakan supaya kita bisa menghilangkan efek musiman atau seasonality.
Apa informasi yang bisa anda dapatkan dari inventory turnover?
Pada dasarnya, inventory turnover adalah tentang mengukur seberapa cepat anda menjual persediaan barang yang anda punya.
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, perputaran (turnover) yang rendah bisa menjadi indikasi kalau sales anda lemah. Dan bisa juga menjadi indikasi inventory berlebih atau overstock.
Apa artinya?
Hal tersebut bisa jadi menunjukkan masalah terkait dengan produk yang anda jual yang ngga bisa memenuhi kebutuhan customer atau mungkin karena marketing produk yang terlalu sedikit.
Sebaliknya, rasio yang tinggi menunjukkan sales yang kuat tapi bisa juga berarti inventory yang ngga mencukupi. Kondisi yang pertama tentu anda inginkan. Tapi yang terakhir bisa mengakibatkan anda kehilangan kesempatan penjualan.
Menariknya, kadang-kadang tingkat perputaran barang yang rendah adalah hal yang baik loh. Misalnya, pada saat anda memperkirakan harga akan naik (inventory diposisikan sebelumnya untuk memenuhi permintaan yang meningkat cepat) atau ketika ada kemungkinan kekurangan stock yang perlu anda antisipasi.
Anda tentu tahu kalau kecepatan perusahaan anda dalam menjual inventory merupakan ukuran penting dari kinerja bisnis anda.
Retailer yang membuat inventory keluar lebih cepat bisa dibilang cenderung punya kinerja yang lebih baik.
Semakin lama barang disimpan, semakin tinggi biaya penyimpanannya. Dan itu juga bisa berarti kalau konsumen hanya punya sedikit alasan kembali ke toko untuk membeli barang baru.
Kita lihat contoh bisnis fast fashion.
Perusahaan di bisnis ini biasanya membatasi produksi mereka dan mengganti stock yang habis dengan item baru secara cepat.
Barang yang laku lebih lambat itu sama dengan biaya penyimpanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan stock yang laku lebih cepat.
Dan ada juga biaya lain terkait dengan inventory turnover yang rendah. Barang yang butuh waktu lama untuk dijual akan membuat barang baru yang lebih gampang dijual ngga punya tempat penyimpanan karena sudah ditempati barang yang slow-moving tadi.
Inventory turnover dan dead stock
Perputaran barang adalah informasi yang sangat penting yang bisa digunakan untuk memaksimalkan efisiensi dalam penjualan barang yang gampang rusak dan barang sensitif waktu lainnya, seperti susu, telur, produ fast fashion, mobil, majalah, atau semacamnya.
Sweater yang terlalu banyak, misalnya, bisa mengakibatkan inventory ngga terjual dan hilangnya keuntungan, terutama saat musim sudah berganti dan retailer mulai mengisi kembali inventory untuk musim yang baru.
Stok yang ngga terjual itu kita kenal sebagai stock lama usang atau dead stock.
Inventory turnover dan sistem open-to-buy
Beberapa retailer menggunakan sistem open-to-buy untuk mengelola stock mereka dan mengisinya kembali dengan lebih efisien.
Sistem open-to-buy, pada intinya adalah sebuah software budgeting system untuk membeli barang dagangan.
Sistem tersebut digunakan untuk memonitor barang dagangan dan bisa diintegrasikan ke dalam pembiayaan (financing) retailer dan proses inventory control.
Dengan begitu, retailer kecil jadi bisa mengelola keputusan tentang berapa banyak inventory yang akan dibeli, cara mengevaluasi kinerja inventory, dan membantu procurement inventory di masa mendatang dengan lebih baik.
Software semacam itu bisa anda adjust sampai tingkat tertentu, tapi mungkin ngga bisa anda gunakan untuk semua jenis barang dagangan.
Misalnya, software tersebut mungkin akan cocok dengan barang dagangan dan mode musiman, tapi ngga cocok untuk barang konsumsi yang fast-selling atau barang dan kebutuhan pokok.
Contoh cara menggunakan inventory turnover
Sekarang, ayo kita lihat bagaimana cara menggunakan inventory turnover.
Kita ambil contoh, ada sebuah perusahaan ABC yang punya sales Rp. 100 juta dan COGS Rp. 25.000.000.
Inventory rata-rata mereka adalah Rp. 2.500.000.
Dari data tersebut, kita bisa hitung inventory turnover perusahaan tersebut adalah 40, hasil dari Rp. 100 juta dibagi Rp. 2.500.000.
Kita bisa bilang, Perusahaan ABC tersebut cenderung melakukan inventory turnover sebanyak 40 kali dalam setahun.
Lebih jauh lagi, dengan membagi 365 hari dengan inventory turnover akan menunjukkan berapa hari rata-rata yang dibutuhkan perusahaan tersebut untuk menjual inventory-nya. Dalam contoh Perusahaan ABC ini adalah 9.1.
Metode perhitungan yang lain, yaitu dengan formula COGS / inventory rata-rata, inventory turnover yang didapat adalah 10, atau Rp. 25.000.000 sebagai COGS dibagi dengan Rp. 2.500.000 sebagai inventory.
Dengan cara ini, inventory tersedia selama 36,5 hari, atau 365/10.
Inventory turnover vs days sales of inventory
Sekarang, ayo kita lihat apa beda antara kedua hal di atas.
Gampangnya begini.
Inventory turnover itu menunjukkan seberapa cepat anda bisa menjual (turnover) inventory anda.
Sedangkan days sales of inventory (DSI) menunjukkan waktu rata-rata di mana anda bisa mengubah inventory anda menjadi penjualan.
Sudah terlihat bedanya kan?
DSI pada dasarnya hanyalah kebalikan dari inventory turnover dalam periode tertentu. Rumusnya adalah (inventory / COGS) * 365.
Sekali lagi, pada dasarnya, DSI adalah jumlah hari yang anda perlukan untuk mengubah inventory menjadi penjualan, sedangkan inventory turnover menunjukkan berapa kali dalam setahun inventory yang anda punya dijual atau digunakan.
Hal yang harus anda ingat
Kalau anda membandingkan atau memproyeksikan inventory turnover, pastikan anda membandingkannya dengan produk dan bisnis serupa. Ini penting.
Misalnya, perputaran mobil di dealer bisa menjadi jauh lebih lambat daripada fast-moving consumer goods (FMCG) yang dijual di supermarket, seperti makanan ringan, permen, minuman ringan, dll.
Mencoba memanipulasi inventory turnover, dengan memberi diskon misalnya, bisa saja dilakukan. Tapi itu akan mengurangi return on investments (ROI) dan profitabilitas anda. Jadi, pertimbangkan lagi keputusan anda.
Pertanyaan yang sering diajukan
Terkait dengan topik kali ini, ada beberapa pertanyaan yang sering diajukan orang. Ayo kita lihat.
Bagaimana menghitung inventory turnover?
Inventory turnover adalah ukuran seberapa cepat anda menjual inventory dalam satu tahun. Konsep ini sering digunakan sebagai metrik efisiensi operasional perusahaan secara keseluruhan.
Ada dua cara paling populer untuk menghitung inventory turnover.
Pertama, dengan membagi penjualan tahunan perusahaan dengan nilai inventory rata-rata.
Kedua, dengan membagi harga pokok penjualan tahunan atau cost of goods sold (COGS), dengan nilai inventory rata-rata.
Pada kedua metode tersebut, nilai inventory rata-rata sering kali dihitung dengan menjumlahkan inventory awal dan akhir di tahun tersebut dan membaginya dengan 2.
Seperti apa inventory turnover yang baik itu?
Apa yang dianggap sebagai perputaran barang yang “baik” akan bergantung pada industri yang anda geluti.
Gambaran umumnya, industri yang menyimpan produk yang relatif murah akan cenderung punya perputaran barang yang lebih tinggi. Sedangkan barang yang lebih mahal, di mana customer biasanya butuh lebih banyak waktu sebelum memutuskan untuk membeli, akan cenderung punya perputaran barang yang lebih rendah.
Misalnya, perusahaan yang menjual produk murah, mungkin akan menjual setara dengan 30 kali inventory mereka dalam setahun. Sedangkan perusahaan yang menjual mesin industri besar, mungkin cuma menjual 3 kali inventory mereka.
Karena itu, anda perlu menilai inventory turnover ratio relatif terhadap industri yang anda geluti dan yang pesaing anda punya untuk mengetahui apakah kinerja anda sudah baik atau masih buruk.
Apakah inventory turnover yang tinggi baik itu baik?
Bisa dibilang, hampir semua perusahaan ingin punya inventory turnover yang tinggi.
Biar bagaimanapun, perputaran barang yang tinggi akan mengurangi jumlah modal yang terikat dalam bentuk inventory sehingga akan meningkatkan likuiditas dan kekuatan finansial anda juga.
Lebih jauh lagi, menjaga perputaran barang yang tinggi akan mengurangi risiko inventory yang ngga bisa dijual karena rusak, pencurian, atau teknologi yang sudah usang.
No comments yet. Start a new discussion.